Pages

Sunday, May 22, 2011

Gedung Baru DPR, aduh

Saya belum terlalu mengerti tentang kerja sama antar Negara. Mungkin bangunan-bangunan yang ada untuk pemerintah mempengaruhi kesejahteraan Negara itu juga. Karena bangunan-bangunan di Al-Jazair lebih baik daripada bangunan pemerintah di Etiophia.
Yang saya tahu, selama berkembangnya globalisasi, kerjasama antar Negara semakin banyak terjalin karena dunia ini semakin sempit.
Saya hanya bertanya-tanya, apakah bangunan pemerintah merupakan salah satu daya tarik bagi Negara lain? Yang benar saja. Apakah Negara itu seperti bunga? Seperti kelopak bunga yang menarik kupu-kupu? Kalau dianalisis secara losika, yang penting adalah hasil kerja perangkat Negara itu, bukan bangunannya.
Saya yakin Anda sudah tahu tentang bangunan DPR yang akan dibangun itu. Menurut saya gedung DPR yang lama itu sudah bagus kok, toh gentengnya tidak bocor juga. Rumah rakyat-rakyat kecil justru banyak yang gentengnya bocor, tapi meraka tetap tinggal di rumah lama tuh.
Katanya fasilitas di gedung baru akan lebih banyak ya? Pertanyaannya, apakah kinerja mereka juga akan lebih banyak?
Apa hubungannya antara fasilitas dengan kinerja? Toh fasilitas gedung lama juga ada. DPR kan mungkin butuh computer, di gedung lama juga pasti ada computer kan? Masak nggak ada sih? Di SMA saya saja ada banyak sekali.
Bapak Ibu DPR yang saya hormati, tolonglah. Pandangan kami ini—rakyat biasa—terhadap DPR sudah sangat buruk. Jadi jangan buat kami sampai menganggap DPR itu Dewan Penyengsara Rakyat. Uang Rp 777 milyar itu kalau diterima berjuta-juta rakyat membutuhkan di Indonesia pasti lebih berkah. Daripada cuma buat beli batako saja untuk gedung baru.
Kami tidak butuh batako, kami butuh sembako.
koperasi di kampung saya
Di kampung saya, ada koperasi kecil yang sudah membantu banyak usaha penduduknya. Koperasi ini menggunakan system bagi  hasil. Kantornya kecil dan seperti rumah penduduk. Kalau tidak ada plang di depan, saya juga tidak tahu kalau itu adalah koperasi. Kursinya suma sedikit tapi cukup untuk anggota dan pegawai. Komputernya tidak lebih dari lima kalau tidak salah.
Kalau di DPR, pasti banyak kursinya. Banyak komputernya. Bangunan besar, tidak seperti rumah penduduk. Dan plangnya justru terbuat dari marmer.
Tapi koperasi itu benar-benar membantu kami. Ayah saya penjahit. Ayah saya sudah banyak dibantu oleh koperasi ini. Alhamdulillah kerjaan Ayah saya jadi lancar. Lalu tiap akan lebaran, koperasi membagikan parsel.
Lalu SHU (Sisa Hasil Usaha) dibagikan alam bentuk barang seperti paying, lampu emergency, dan lain-lain.
gedung lama megah DPR-MPR di negeri saya
Tapi sampai sekarang, dengan melihat DPR yang begitu besar, saya belum merasakan arti yang mengena di hati masyarakat. Kami membayar pajak, jalanan juga masih banyak yang bolong. Masih banyak orang miskin di Indonesia (kalau Anda tidak percaya, lihat saja acara Jika Aku Menjadi di Transtv).
Kalau saya boleh bilang, kalau DPR begini terus (Apalagi saya dengar banyak anggota yang tidur saat rapat, nonton film porno, atau studi ke luar negeri tapi e-mail saja tidak punya) lebih baik tidak usah ada DPR saja. Kalau kami tidak setuju dengan rencana pembangunan gedung, tolonglah Pak-Bu, batalkan saja pembangunan itu.
Tolong bangun saja sekolah-sekolah di kampung.
Untuk penyejahtera masyarakat, koperasi seperti di kampung saya lebih berarti keberadaannya. Bangun saja berjuta-juta koperasi seperti di desa saya di seluruh Indonesia. Koperasi ini mendengar aspirasi penduduk. Tapi kadang DPR tidak mendengar aspirasi kami. Uang Rp 777 milyar itu kan bisa dibelikan parsel, paying, lampu emergency, dan lain-lain dan pasti akan diterima dengan baik oleh masyarakat.

gedung kontroversial
Kalau Singapura mempedulikan rakyatnya, mengapa Indonesia tidak? Bukankah hakikat globalisasi adalah meluasnya kebiasaan suatu Negara?

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © Gula Jawa. All Rights Reserved.
Blogger Template designed by Simple Blogger Tutorials. Distributed by Blogger Templates