Pages

Wednesday, May 25, 2011

Kuntul Baris


One World One Nation. Itulah globalisasi. Dengan menyempitnya jarak suatu negara, hampir semua budaya bercampur baur di seluruh dunia.
 Sebenarnya saya tidak setuju dengan ini.
Saya menyukai globalisasi. Tetapi untuk nasionalisme, ya sendiri-sendiri saja. Apalagi negara saya memakai ideologi pancasila. Sedangkan negara lain tidak memakai ideologi ini. Bisa jadi nilai-nilainya akan jauh berbeda dengan nasionalsisme Indonesia.
Ngomong-ngomong, saya pernah membaca buku kalau salah satu dampak negatif globalisasi adalah berkembangnya sifat individualisme seseorang sehingga budaya gotong royong menjadi semakin tersingkir.

Tapi saya cukup terharu saat warga Yogyakarta masih bersatu untuk membela yogyakarta agar tetap istimewa. Seperti lirik lagu Jogja Istimewa yang membuming karena lagunya cocok sekali untuk situasi saat itu.

Holopis kuntul baris holopis kuntul baris (3x)

Jogja.. Jogja.. tetap istimewa…
Istimewa negerinya… istimewa orangnya…
Jogja.. Jogja.. tetap istimewa..
Jogja istimewa untuk Indonesia… (2x)

Rungokno iki gatra seko Ngayogyakarta
Negeri paling penak rasane koyo swargo
Ora peduli dunyo dadi neroko
Ning kene tansah edi peni lan mardiko

Tanah lahirkan Tahta, Tahta untuk Rakyat
Di mana rajanya bersemi di kalbu rakyat
Demikianlah singgasana bermartabat
Berdiri kokoh untuk mengayomi rakyat

Memayu hayuning bawono
Seko jaman perjuangan nganti merdeko
Jogja istimewa bukan hanya daerahnya
Tapi juga karena orang-orangnya

Tambur wis ditabuh suling wis muni
Holopis kuntul baris ayo dadi siji
Bareng poro prajurit lan senopati
Mukti utawa mati manunggal kawulo gusti

Menyerang tanpa pasukan
Menang tanpa merendahkan
Kesaktian tanpa ajian
Kekayaan tanpa kemewahan

Tenang bagai ombak gemuruh laksana merapi
Tradisi hidup di tengah modernisasi
Rakyatnya njajah deso milang kori
Nyebarake seni lan budhi pekerti

Elingo sabdane Sri Sultan Hamengku Buwono Kaping IX
Sak duwur-duwure sinau kudune dewe tetep wong Jowo
Diumpamake kacang kang ora ninggalke lanjaran
Marang bumi sing nglahirake dewetansah kelingan

Ing ngarso sung tulodo
Ing madya mangun karso
Tut wuri handayani
Holopis kuntul baris ayo dadi siji

Sepi ing pamrih rame ing nggawe
Sejarah ning kene wis mbuktikake
Jogja istimewa bukan hanya tuk dirinya
Jogja istimewa untuk Indonesia


Saya membaca salah satu artikel di http://bambangpriantono.multiply.com/reviews/item/181

Holopis kuntul baris’ adalah ungkapan yang pernah dilontarkan Bung Karno untuk menyemangati bangsa Indonesia agar bergotong royong. Maksud ungkapan itu sendiri adalah bekerjasama untuk menangani hal besar, karena dengan cara begitu, masalah apapun pasti terselesaikan.

Tapi, ternyata kalimat ‘holopis kuntul baris’ ini berasal dari bahasa Belanda. Ceritanya begini, konon pada abad ke-16 atau 17, kapal milik VOC berlabuh di Tuban dan pada saat bongkar muatan, salah satu awak kapalnya berteriak “HELP, IETS ONTILBAARS” (Tolong, ada barang yang tidak terangkat!) , dan satu kapal saling bantu untuk mengangkat barang yang terlupa tadi.

Nah, orang Jawa yang mendengar kalimat itu dan melihat kelakuan para ABK VOC ini memelesetkan kalimat tersebut, karena lidah Jawa yang terkenal kaku hingga menjadi ‘HOLOPIS KUNTUL BARIS’.





Alhamdulillah yogyakarta masih ada bau-bau nasionalisme. Semoga di wilayah lain juga masih ada.
Menjadi wilayah istimewa itu bukan berarti kami suka berdiri sendiri. Kami kan tetap wilayah Indonesia tanah air tercinta


0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © Gula Jawa. All Rights Reserved.
Blogger Template designed by Simple Blogger Tutorials. Distributed by Blogger Templates